Friday, November 7, 2014

MENOLAK YANG SAKRAL

(Catatan Diskusi Kopi Sakarek)


kopi sakarek

Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Andalas menyelenggarakan acara “Diskusi Kopi Sakarek” di lesehan Balairuang FIB Unand, (Kamis 06/11/2014). Dimotori oleh lembaga organisasi mahasiswa HMJ Sastra Indonesia Unand, kegiatan diskusi dengan tema “Desakralisasi Pahlawan dalam Karya Sastra” ini berlangsung santai namun hangat, serta mendapat antusisme dari para mahasiswa dan dosen FIB.
Banyak hal dibicarakan oleh para peserta diskusi, berangkat dari wacana awal diskusi, yaitu, menjadi intelektual yang tidak terjebak dalam sikap pensakralan terhadap tokoh-tokoh pahlawan, terutama dalam kaitannya dengan dunia sastra. Dalam diskusi ini, hadir dua orang pembicara dengan latar belakang berbeda, yaitu S Metron (Budayawan) dan Syafril Prel T (Dosen Sasindo Unand).
Diskusi dimulai pukul 10.00 WIB dengan pemaparan dari dua pemateri mengenai pandangan mereka menyangkut tema yang dirumuskan panitia. S Metron, yang kesehariannya sibuk dengan permasalahan budaya, khususnya di kota Padang, banyak berbicara tentang kultur Minangkabau. Ia menguraikan bagaimana masyarakat Minagkabau sebenarnya memiliki semangat desakralisasi sejak lama. Orang Minangkabau menurutnya sangat cocok dengan konsep desakralisasi, hal ini bisa dilihat dari sikap hidup orang Minang yang terbiasa tidak mau memuji dan mengagungkan seseorang secara berlebihan. Pada bagian ini, S Metron seperti cendrung ingin memberi motivasi kepada para audiens, agar bisa mandiri, dan menahan diri untuk tidak mensakralkan seorang tokoh secara berlebihan. Arti kata, setiap individu harus keluar dari perasaan inferior, dan mulai berani keluar dari tuntutan mitos dan imej-imej yang mengekang kreativitas, untuk kemudian menghancurkannya.
Pemaparan S Metron sebagian besar beranjak dari tinjauannya terhadap karya dan prinsip hidup dramawan besar Sumbar, Alm. Wisran Hadi. S Metron mencontohkan, bahwa wisran hadi memperlihatkan sikap anti pensakralan tidak saja dalam karya-karya dramanya, namun juga dalam sikap hidupnya sehari-hari. Wisran Hadi, kisah S Metron, adalah salah satu sosok yang berhasil konsisten dengan sikap hidupnya dalam menolak sesuatu yang agung atau sakral.
Dalam dunia sastra Indonesia, Wisran menunjukan sikap dengan tidak mau “pindah” ke Jawa untuk berkarya, sebab dari Sumbar pun, ia tetap mampu diakui sebagai sosok penting dalam perteateran Indonesia. Ini adalah representasi dari sikap menolak susuatu yang sakral, atau pada bagian lain, bisa disampaikan dengan istilah wacana besar atau mainstream. Ketika sastrawan dan seniman Indonesia bersetuju dengan konsep Jawa sebagai pusat, maka Wisran Hadi memberontak dari hal itu dengan cara menakhlukkan Jawa, terkhusus, Jakarta, lewat karya-karyanya yang keluar dari pakem-pakem konvensional yang dilanggengkan oleh Jakarta sebagai pusat.
Konsep S Metron kemudian disambung oleh Syafril Prel T, dengan menyebut istilah dekonstruksi, secara lebih luas. Sebagaimana S Metron, Syafril Prel T pun membuka pemaparannya dengan membaca lagi Wisran Hadi. Sebagai orang yang “berguru” langsung pada Wisran, Syafril Prel T menerangkan betapa Wisran Hadi adalah figur terdepan bagi orang Minangkabau. Wisran Hadi hadir sebagai contoh yang sempurna bagi anak muda, khususnya seniman Sumbar dalam memaknai kembali posisi dan perannya, dalam memaknai kembali esensi dari kesenimanan itu sendiri.
Hampir tiga jam, diskusi berlangsung hangat, dengan adanya tanggapan balik dan pertanyaan dari para audiens. Permasalahan sakralisasi pahlawan dalam karya sastra, atau sakralisasi teks dalam pengertian postmodern, kiranya menarik minat para mahasiswa. Hal ini mungkin disebabkan tema ini agak cocok dengan mahasiswa dan dunia kampus, di mana mereka setiap hari berhadapan dengan sistem dan legitimasi wacana besar. Denggan kata lain, mahasiswa merasa setiap hari berhadapan dengan pensakralan-pensakralan dalam banyak wujudnya. Hal ini juga yang ditolak segelintir panitia, yang kemudian menjadi salah satu alasan memilih tema “Desakralisasi Pahlawan dalam Karya Sastra” pada acara Diskusi Kopi Sakarek yang merupakan agenda bulanan HMJ Sastra Indonesia Unand ini.


By HMJ Sasindo Unand with No comments

0 komentar:

Post a Comment