Mahasiswa Sastra Indonesia
Universitas Andalas menyelenggarakan acara “Diskusi Kopi Sakarek” di lesehan
Balairuang FIB Unand, (Kamis 06/11/2014). Dimotori oleh lembaga organisasi
mahasiswa HMJ Sastra Indonesia Unand, kegiatan diskusi dengan tema
“Desakralisasi Pahlawan dalam Karya Sastra” ini berlangsung santai namun hangat,
serta mendapat antusisme dari para mahasiswa dan dosen FIB.
Banyak hal dibicarakan oleh para
peserta diskusi, berangkat dari wacana awal diskusi, yaitu, menjadi intelektual
yang tidak terjebak dalam sikap pensakralan terhadap tokoh-tokoh pahlawan,
terutama dalam kaitannya dengan dunia sastra. Dalam diskusi ini, hadir dua
orang pembicara dengan latar belakang berbeda, yaitu S Metron (Budayawan) dan
Syafril Prel T (Dosen Sasindo Unand).
Diskusi dimulai pukul 10.00 WIB
dengan pemaparan dari dua pemateri mengenai pandangan mereka menyangkut tema
yang dirumuskan panitia. S Metron, yang kesehariannya sibuk dengan permasalahan
budaya, khususnya di kota Padang, banyak berbicara tentang kultur Minangkabau.
Ia menguraikan bagaimana masyarakat Minagkabau sebenarnya memiliki semangat
desakralisasi sejak lama. Orang Minangkabau menurutnya sangat cocok dengan
konsep desakralisasi, hal ini bisa dilihat dari sikap hidup orang Minang yang
terbiasa tidak mau memuji dan mengagungkan seseorang secara berlebihan. Pada
bagian ini, S Metron seperti cendrung ingin memberi motivasi kepada para
audiens, agar bisa mandiri, dan menahan diri untuk tidak mensakralkan seorang
tokoh secara berlebihan. Arti kata, setiap individu harus keluar dari perasaan
inferior, dan mulai berani keluar dari tuntutan mitos dan imej-imej yang
mengekang kreativitas, untuk kemudian menghancurkannya.
Pemaparan S Metron sebagian besar
beranjak dari tinjauannya terhadap karya dan prinsip hidup dramawan besar
Sumbar, Alm. Wisran Hadi. S Metron mencontohkan, bahwa wisran hadi
memperlihatkan sikap anti pensakralan tidak saja dalam karya-karya dramanya,
namun juga dalam sikap hidupnya sehari-hari. Wisran Hadi, kisah S Metron,
adalah salah satu sosok yang berhasil konsisten dengan sikap hidupnya dalam
menolak sesuatu yang agung atau sakral.
Dalam dunia sastra Indonesia,
Wisran menunjukan sikap dengan tidak mau “pindah” ke Jawa untuk berkarya, sebab
dari Sumbar pun, ia tetap mampu diakui sebagai sosok penting dalam perteateran
Indonesia. Ini adalah representasi dari sikap menolak susuatu yang sakral, atau
pada bagian lain, bisa disampaikan dengan istilah wacana besar atau mainstream.
Ketika sastrawan dan seniman Indonesia bersetuju dengan konsep Jawa sebagai
pusat, maka Wisran Hadi memberontak dari hal itu dengan cara menakhlukkan Jawa,
terkhusus, Jakarta, lewat karya-karyanya yang keluar dari pakem-pakem
konvensional yang dilanggengkan oleh Jakarta sebagai pusat.
Konsep S Metron kemudian disambung
oleh Syafril Prel T, dengan menyebut istilah dekonstruksi, secara lebih luas.
Sebagaimana S Metron, Syafril Prel T pun membuka pemaparannya dengan membaca
lagi Wisran Hadi. Sebagai orang yang “berguru” langsung pada Wisran, Syafril
Prel T menerangkan betapa Wisran Hadi adalah figur terdepan bagi orang
Minangkabau. Wisran Hadi hadir sebagai contoh yang sempurna bagi anak muda,
khususnya seniman Sumbar dalam memaknai kembali posisi dan perannya, dalam
memaknai kembali esensi dari kesenimanan itu sendiri.
Hampir tiga jam, diskusi
berlangsung hangat, dengan adanya tanggapan balik dan pertanyaan dari para
audiens. Permasalahan sakralisasi pahlawan dalam karya sastra, atau sakralisasi
teks dalam pengertian postmodern, kiranya menarik minat para mahasiswa. Hal ini
mungkin disebabkan tema ini agak cocok dengan mahasiswa dan dunia kampus, di
mana mereka setiap hari berhadapan dengan sistem dan legitimasi wacana besar.
Denggan kata lain, mahasiswa merasa setiap hari berhadapan dengan
pensakralan-pensakralan dalam banyak wujudnya. Hal ini juga yang ditolak
segelintir panitia, yang kemudian menjadi salah satu alasan memilih tema
“Desakralisasi Pahlawan dalam Karya Sastra” pada acara Diskusi Kopi Sakarek
yang merupakan agenda bulanan HMJ Sastra Indonesia Unand ini.
Andesta Herli – Ketua HMJ Sasindo Unand
0 komentar:
Post a Comment