Gambar: Google
Nayla merupakan tokoh utama dalam cerpen Kosong, yang dikarang oleh Djenar Maesa Ayu. Dalam kesehariannya, Nayla lebih suka berada di tempat yang tenang. Biasanya Nayla duduk di warung kopi yang memiliki suasana nyaman, tidak hiruk-pikuk seperti warung-warung lainnya. Di warung tersebut, Nayla hanya ditemani oleh segelas kopi dan lembaran kosong. Beberapa batang rokok pun tak luput dari hisapannya, hingga asbak yang ada di atas mejanya telah terisi penuh oleh abu-abu rokok. Nayla baru beranjak dari warung itu ketika malam hari, saat warung itu mau tutup.
Djenar menjadikan Nayla sebagai
tokoh yang berprofesi sebagai seorang penulis. Hal ini tampak pada cerpen yang
menceritakan bahwa, Nayla lebih suka menyendiri dengan lembaran kertasnya, dari
pada bergabung dengan sahabat-sahabatnya. Dia memiliki ketakutan, sikap yang
ragu-ragu, serta jenuh dalam dirinya. Oleh karena itu, dia memilih untuk
menyendiri di tempat yang tenang dan nyaman. Di tempat seperti itu lah, dia
bisa berfikir dan memecahkan masalah dalam dirinya tadi. Sikapnya yang memilih
untuk tidak berkumpul dengan sahabat-sahabatnya, membuat sahabat-sahabatnya
bertanya. Mengapa Nayla suka mengunjungi kedai kopi itu? Jawaban yang diberikan
Nayla adalah, karena suasananya enak untuk menulis. Psikologis Nayla dan
sahabat-sahabatnya ini tampak jelas berbeda.
Manusia dalam dunia psikologi
dibedakan menjadi dua, pertama manusia yang memiliki kepribadian yang terbuka,
yang kedua manusia yang memiliki kepribadian tertutup. Seseorang yang memiliki
kepribadian terbuka, sangat mudah untuk membagi masalahnya dengan orang
disekitarnya, seperti dengan keluarga dan sahabatnya. Sedangkan seorang yang
memiliki kepribadian tertutup, sangat sulit untuk membagi masalahnya dengan
orang-orang disekitarnya, dan orang ini lebih suka memendam masalahnya sendiri.
Jika dilihat pada Nayla, dia termasuk orang yang memiliki kepribadian yang
tertutup. Karena kebiasaannya yang memilih untuk menyendiri di warung kopi,
dari pada berkumpul dengan sahabat-sahabatnya.
Seorang
manusia yang hidup dan tinggal di antara manusia lainnya, suatu saat akan
merasakan kehidupan yang kosong, hampa, dan sunyi. Manusia ini akan
mengasingkan dirinya sendiri di suatu tempat. Walaupun di sekitarnya ada
saudara dan temannya, tempat dia berbagi duka maupun suka di kehidupannya. Selama
pengasingan dirinya ini, dia akan merasa, berfikir, dan merenungkan
kehidupannya. Dia merasakan betul kesunyian-kesunyian yang mengisi
hari-harinya. Dia berfikir tentang, bagaimana sesungguhnya potret kehidupan
yang dia jalani. Dia juga merenungkan, mengapa dia merasa kekosongan dalam
hidupnya. Walaupun begitu, dia tetap berusaha untuk mengisi
kekosongan-kekosongan kehidupannya itu. Dia akan mengisi kesunyiannya dengan
berbagai hal yang bisa membuatnya merasa lebih hidup. Kadang kala dia berfikir,
tidak mungkin dia lakukan semua ini, karena itu tidak akan berhasil mengisi
hari-harinya.
Cerpen
yang berjudul Kosong ini,
menceritakan tentang sorang pengarang, yang sulit untuk berbagi pikiran dengan
orang lain. Dia sulit membagi apa yang dipikirkannya dengan orang lain,
walaupun dia bisa membaginya, orang lain itu yang justru sulit untuk memahami
apa yang dimaksudkannya. Oleh karena itu, dia lebih suka menuangkan apa yang
dipikirkannya itu ke dalam sebuah kertas, yang berupa tulisan. Dengan begitu,
dia merasa terbebas dari komentar-komentar orang lain terhadap apa yang
dipikirkannya. Dengan tulisan itu pun, orang lain akan mudah memahami apa yang
dipikirkannya. Begitulah gambaran singkat yang diceritakan Djenar dalam cerpen Kosong.
Djenar
Maesa Ayu merupakan seorang pengarang perempuan Indonesia, yang lahir pada
tanggal 14 Januari 1973 di Jakarta. Ia telah menerbitkan empat kumpulan cerpen
yang berjudul Mereka Bilang, Saya
Monyet!, Jangan Main-main (dengan Kelaminmu), Cerita Pendenk Tentang Cerita
Cinta Pendek, 1 Perempuan 14 Laki-laki, dan sebuah novel yang berjudul Nayla. Kumpulan cerpen T(w)itit! Adalah buku keenam Djenar.
Selain menulis, Djenar juga menyutradarai film Mereka Bilang, Saya Monyet! (2008) dan SAIA (2009). Ia
mendapat Piala Citra dari kategori Skenario Adaptasi Terbaik bersama Indra
Herlambang, dan sebagai Sutradara Baru Terbaik pada Festival Film Indonesia
2009.
Dalam
cerpen Kosong ini, Djenar
menggambarkan bagaimana diri seorang pengarang melalui tokoh Nayla. Dia
(Djenar) menempatkan pengarang dalam posisi yang memiliki kperibadian tertutup,
seperti yang telah dibahas di awal tadi. Memang kebanyakan atau rata-rata dari
pengarang, memiliki kepribadian tertutup. Mereka cendrung memilih kehidupan
yang nyaman dan tenang. Karena mereka membutuhkan ketenangan itu, untuk
menghasilkan sebuah karangan yang bisa diterima di dalam masyarakat. Namun, ada
kalanya seorang pengarang membutuhkan tempat untuk berdiskusi. Agar wawasan
yang didapatnya lebih banya, dan mudah menemukan ide-ide baru yang akan
dituliskan.
Diskusi
memang sangat membantu dalam kepegarangan. Tetapi dalam cerpen ini, Djenar
lebih menekankan pada kesendirian. Kesendirian yang lambat laun akan
memunculkan ide-ide untuk dituliskan, dan menjadi sebuah tulisan walaupun tanpa
melakukan diskusi dengan orang-orang disekitar. Tetapi, walaupun begitu, kita
perlu wawasan dan pengetahuan yang tinggi agar bisa menghasilkan sebuah
tulisan. Kita perlu banyak membaca, agar ketika diri kita sendiri, kita dengan
mudah menemukan ide, dan jarang menemukan masalah atau kendala dalam menuliskan
tulisan.
Terbit di
Singgalang Minggu, 21 Desember 2014
Penulis: Weni Gusnita,
Mahasiswi Sastra Indonesia Unand
Anggota Tubuh
Jendela
0 komentar:
Post a Comment