Foto: Youma (SMAN 5 Padang) tengah membacakan puisi
Jumat
(29/05/2015), gelanggang Medan Nan Balinduang FIB UNAND disesaki suara-suara
orang membaca puisi. Mahasiswa, dosen, dan siswa-siswi dari beberapa SMA di
kota Padang, dengan kesenduan masing-masing, bergiliran membacakan puisi waktu
itu. Sederet judul-judul puisi dilantangkan ke udara, mulai dari gubahan
Muchtar Lubis, Sapardi Djoko Darmono, Sutardji, hingga sekelumit penyair yang
tidak begitu akrab terdengar namanya di jagad perpuisian Indonesia. Kurang
lebih 40 audiens, hadir di sekeliling gelanggang.
Begitulah
suasananya, pada Lomba Baca Puisi Tingkat SMA se-Kota Padang yang diadakan
kawan-kawan Sasindo angkatan 2014. Lomba yang digagas atas tuntutan praktik
mata kuliah. Lomba yang dikuratori oleh Ibu Soneza Ladyana, Ramoun Apta dan
Fajri Chaniago ini, mendapat peserta tidak genap sepuluh siswa. Mereka datang
dari beberapa SMA, di antaranya yakni, SMAN 5 dan SMAN 8 Padang. Entah mengapa
ada sedikit rasa ganjil, mengingat jumlah SMA di kota Padang terhitung ratusan
instansi namun sama sekali tidak terepresentasikan dalam event ini.
Adam,
ketua panitia acara, mengaku, lomba ini semata diadakan untuk mengenalkan dan
mempopulerkan puisi di kalangan siswa, sekaligus menarik minat siswa terhadap
jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dan melihat ke belakang, selama persiapan
acara, memang banyak hal yang tidak berjalan dengan baik, tidak terlaksana
sesuai rencana panitia. Semula adalah hampir seluruh SMA/SMK telah diundang.
Namun apa mau dikata, begitu banyak yang tidak berminat. Malah ada yang dengan
terang menolak berpartisipasi dalam acara ini, dan memberi raut muka dingin
kepada panitia ketika datang mengundang. Entah sebab alasan apa, puisi seolah
tidak mendapat tempat dalam lingkungan siswa/i. “Malah ada sekolah yang
menyuruh pergi, ketika kami datang,” begitu celoteh adam saat diwawancarai.
Barangkali, ah, kepala sekolah ingin siswa-siswinya fokus dengan ilmu eksak
yang begitu kerennya kini atau ilmu sosial yang terpastikan. Dan berpuisi
bukanlah kewajiban dalam belajar hari ini.
Lain
hal dengan sekolah Welbi, siswa SMAN 5 Padang. Setelah turun dari panggung dan
mempersembahkan pembacaan puisinya di hadapan juri, mengaku mendapat dukungan
sangat baik dari kepala sekolah. Malah, “kami dapat uang transportasi dari
beliau,” ungkap Welbi. Dia sangat senang dengan kesempatan ini. Dia mengaku
menyukai puisi, namun tidak berencana kuliah di jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia. Minatnya ada di arsitektur. Dia orang yang penasarann, sepertinya,
sebab hadir di lomba cendrung untuk mencari pengalaman. Pengakuannya, baru
itulah kali pertama dia ikut lomba baca puisi, dan merasa kikuk saat baru
berada di atas panggung—sebelum mulai melantunkan kalimat puisi yang kemudian,
perlahan-lahan, membawanya rileks dan senang.
Dok Sasindo '14: Para peserta Lomba Baca Puisi Tingkat SMA Se-kota Padang, 2015.
Meri,
gadis kecil berwajah gugup. Dia datang dari SMAN 8 Padang dengan beberapa orang
teman. Setelah selesai membaca puisi dan memberi salam pada audiens dan para
juri, kembali dapat jatah wawancara. Dengan kegugupan yang tidak dibuat-buat,
dia mengaku sangat gugup mulanya, namun
(sama seperti Welbi) setelah mulai membaca puisi, semuanya terasa menyenangkan.
Waktu ditanya mengenai dukungan dari pihak sekolah, Meri mengaku datang tanpa
sepengetahuan pihak sekolah. Yang membuatnya ikut lomba hanya perasaan suka.
Bagaimanapun, meri adalah gadis yang sangat suka puisi. Dia suka membaca sastra
sejak lama. “Meri ingin masuk jurusan Sastra Indonesia UNAND kelak,” ucapnya
dengan sumringah, pipinya masih sedikit merah jambu.
Di
akhir acara, Adam mengungkapkan rasa senangnya atas penyelenggaraan ini.
Meskipun belum sempurna, belum banyak sekolah yang terlibat, ia puas dan
berharap bisa mengadakan acara selanjutnya dengan mengambil peserta tingkat
Sumatera Barat. Meskipun pada kenyataannya, dari ratusan sekolah di kota Padang,
ternyata hanya beberapa di antaranya yang tertarik dan menyambut sosialisasi
panitia. “Karena ini acara pertama, kami sangat bangga dan akan terus belajar
lebih baik kedepannya. Kami ingin mengajak siswa SMA untuk masuk ke jurusan
Sastra Indonesia,” adam bertutur bahagia. Semoga saja!
Lomba
Baca Puisi Tingkat SMA Se-Kota Padang berakhir pukul 15.00 WIB. Keluar sebagai
pemenang I, yakni Youma Amanda (SMAN 5 Padang). Sementara pemenang kedua dan
ketiga diraih Atika (SMAN 8) dan Welbi (SMAN 5).
Laporan: Infokom HMJ Sasindo Unand