KOTA YANG PARADOKS DALAM KUMPULAN PUISI
“DALAM LIPATAN KAIN” KARYA ESHA TEGAR PUTRA
*Makalah utuh akan disampaikan dalam seminar Pekan Kritik Sastra, Rabu, 15 April Pkl. 09.00 WIB di Ruang Seminar FIB UNAND.
Lebih dari separuh puisi Esha Tegar
Putra, yang terhimpun dalam buku kumpulan puisi Dalam Lipatan Kain, memiliki diksi
‘kota’ di dalamnya. Kota dalam puisi-puisi tersebut diasosiasikan kepada kota-kota di Sumatera Barat, ranah kultural di mana Esha tumbuh dan berproses
sebagai penyair. Hal ini menunjukkan bagaimana penyair terpaut, baik secara fisik
maupun emosional kepada tempat-tempat tersebut. Melalui pembacaan heuristik, ada dua hal
yang menjadi cirri utama penggambaran kota dalam puisi-puisi Esha, pertama, kota digambarkan penyair dengan
paradoks, ironis, bahkan lebih sering sentimentil. kedua, selalu terjadi tarik-menarik antara kota hari ini dengan
kota masalalu.
Apabila kita lihat sejarah tumbuhnya
kota-kota di Sumatera
Barat, Padang contohnya, sebagai salah satu pusat perdagangan, yang kemudian menjadikannya sebagai
ibukota provinsi Sumatera Barat dalam pemerintahan negara Indonesia, tidak bisa
dilepaskan dari praktik kolonialisasi Belanda selama kurang lebih 350 tahun di
Nusantara. Berdirinya loji pertama, dan terbesar di sepanjang pantai barat
Sumatera, pada akhir abad 17 di muara Batang Arau, tepatnya di kaki bagian
utara Gunung Padang, yang diberi nama Loji Padang, merupakan simbol dari
dimulainya kekuasaan Belanda di daerah rantau Minangkabau tersebut. Atau kota Bukittinggi, di mana
simbol-simbol kejayaan Hindia Belanda dimanifestasikan dalam bentuk
bangunan-bangunan kolonial.
Sebagaimana kolonialisasi yang terjadi
di seluruh dunia, setiap daerah koloni yang diduduki oleh negara imperial
dikonstruksi, baik itu dalam pengertian pembangunan secara fisik, maupun
tatanan sosial, dengan menggunakan mitos
keunggulan ras kuli putih (Eropa) dan ditujukan sebagai sarana untuk
mempermudah dan memperlancar kepentingan-kepentingan penjajah di daerah
jajahannya, namun berwajah balas jasa, rasa terimakasih, atau kemajuan
peradaban.
Makalah ini akan berusaha melihat
hubungan antara posisi kota dalam puisi-puisi Esha Tegar Putra dan
keterkaitannya dengan kota masalalu.
0 komentar:
Post a Comment