Rusli dan Imajinasi Seksual
Oleh Deddy Arsya
*Tulisan utuh akan disampaikan dalam seminar kritik sastra 16 April 2015 di Ruang Seminar FIB UNAND, dalam agenda Pekan Kritik Sastra 2 HMJ Sasindo UNAND | 14 s.d. 16 April 2015.
Saya akan
membicarakan puisi-puisi Rusli Marzuki Saria dari sudut pandang bagaimana ia
memetaforkan bagian-bagian tubuh-seksuil; bagaimana ia menggambarkan hasrat
(desire) manusia [laki-laki] akanbagian-bagian tubuh [perempuan]. Tulisan ini
baru sebatasmemperkenalkan satu sudut sempit yang tampak diabaikan dari luasnya
bangunan kepengarangan Rusli; suatu pembicaraan di permukaan yang belum
menyentuhkajian-kajian yang lebih analitik.
Banal dalam
sajak-sajak Rusli tidak meluas atau menjadi semacam epidemi. Dapat dikatakan
terma-terma seksualitas tersebut bukanlah kecendrungan sajak-sajaknya. Sajak-sajak
Rusli sebelum tahun 1998, misalnya, tidak satupun menampilkan deskripsi seksual.
Sepanjang pembacaan saya atas buku puisi Rusli, Sembilu Darah (1995), Parewa
(1998), Mangkutak di Negeri Prosa Liris
(2010) danLine by Line, One by One ini,
ada banyak sajak yang romantik dan melankolik bertemakan kisah cinta insan
manusia laki-laki dan perempuan. Termasukkisah cintamitologis dalam sajak
panjang “Putri Bunga Karang”.Tetapi di antara sajak-sajak itu, nyaris tak
sebaitpun membahasakan hasrat seksuil akan tubuh dalam umpana yang bergelora;
nyaris tidak ada penggambaran tubuh-seksuilperempuan.
1 komentar:
Bila.
Post a Comment