TRAGEDI YANG HANYA ADA DI DALAM KEPALA PENGARANG
DAN TOKOH YANG TAK MENGENAL DIRINYA SENDIRI
(Pembacaan Kritis terhadap Kumpulan Cerpen Orang-orang Berpayung Hitam
Karya Iyut Fitra)
*Makalah lengkap akan disampaikan dalam seminar kritik sastra 14 April 2015 di Ruang Seminar FIB UNAND, dalam agenda Pekan Kritik Sastra 2 - HMJ Sasindo Unand, 14 s.d. April 2015.
Kesan pertama yang saya
tangkap setelah membaca ke tigabelas cerpen di dalam buku kumpulan cerpen Orang-orang Berpayung Hitam karya Iyut
Fitra ini adalah pengarang sadar betul bahwa setiap kisah harus mengandung
unsur tragedi supaya kisah tersebut menjadi besar. Pengarang berusaha meraih
hal tersebut pada hampir setiap cerpen-cerpennya. Terdapat delapan cerpen yang
berangkat dari sebuah tragedi. Tragedi dalam arti kisah yang memilukan yang
benar-benar terjadi.
Masa penulisan
cerpen-cerpen dalam kumpulan cerpen ini punya rentan waktu yang panjang, dari
tahun 1997 – 2008. Rentan waktu sebelas tahun tersebut, jika melihat ke negeri
ini (Indonesia), berbagai peristiwa telah terjadi, berbagai tragedi berlangsung
di negeri ini. Sebut saja Reformasi 1998, Referendum Timor Timur, Daerah
Operasi Militer (DOM) pada Gerakan Aceh Mardeka (GAM). Ditambah dengan musibah
Tsunami Aceh 2004 yang menelan korban ratusan ribu jiwa. Begitu juga dengan
berbagai kerusuhan yang membawa isu sara seperti kerusahan Sampang, Ambon, atau
pun Poso. Berbagai tragedi tersebut terekam dengan baik dalam kepala pengarang
kumpulan cerpen ini. Dan tentu saja rekaman yang tinggal di dalam kepala
pengarang tersebut membuatnya gelisah, sehingga si pengarang perlu menyampaikan
kegelisahannya pada pembaca lewat sudut pandangnya melalui cerpen-cerpennya.
0 komentar:
Post a Comment