Judul : Ziarah
Kemerdekaan
Pengarang : Muhammad Ibrahim Ilyas
Penerbit : ARIFHA
Cetakan : Februari
2015
Tebal :115 halaman
Peresensi :Putra Metri Swazo
Ziarah Kemerdekaan adalah buku kumpulan puisi dari Muhammad
Ibrahim Ilyas.Buku puisi Ziarah Kemerdekaan terbit bersamaan dengan
dua buku lainya yaitu ,Enam Kuntum Imaji, dan Dalam Tubuh Waktu. Buku
yang berisi 52 puisi- puisi Ibrahim Ilyas dari tahun 1979-2014 ini kalau dari
judul, sepertinya kita akan diajak untuk “berziarah” atau mendatangi hal-hal
yang berada di sekitar kita dan berkaitan dengan “kemerdekaan”.
Dalam Ziarah Kemerdekaan kita akan
menemukan hal yang bersifat berlawan atau yang bersifat “paradoks”. Kita lihat
pada puisi Dari Sekitar Kita,dikatakan pada bait pertama:
Seorang tetangga berkata:
“Saya kenyang!”
Padahal ia belum makan
Seorang lain berkata:
“Saya Lapar!”
Setelah menghabiskan sisa piring ketiga
Pada bait pertama tersebut, jelas disana
dijelaskan bahwa ada sesuatu hal yang tidak seharusnya atau berlawan.Yaitu pada
kalimat “Saya kenyang!”, Padahal ia belum
makan.Mana mungkin seorang yang belum makan sekalipun bisa mengatakan bahwa
ia sudah kenyang. Sama halnya dengan kalimat sesudahnya yaitu: “Saya lapar!”,Setelah menghabiskan sisa
piring ketiga.
Dan
mungkin hal inilah yang sedang terjadi di negeri kita saat ini. Dimana, disaat
negara kita sudah merdeka, sudah bebas dari zaman-zaman kegelapan yang telah
lama membelenggu kita masih banyak juga kalangan yang masih belum merasakan
bagaimana sebetulnya kemerdekaan itu, bagaimana sebuah kebebasan itu. Mereka
mungkin bebas dari penjajahan secara fisik tapi sebetulnya mereka kembali
terjajah oleh ketamakan orang-orang serakah yang tidak peduli dengan apa yang
telah terjadi kepada orang-orang sekitarnya.
Dalam kumpulan ini, Ibrahim Ilyas ingin
menyampaikan pesan, agar kita lebih peduli terhadap sesuatu yang tejadi di
sekitar kita.Walaupun kita sekarang sudah hidup dalam keadaan tenang, tidak
seharusnya kita lupa dengan sejarah bangsa kita serta dengan apa kemerdekaan
itu dulunya direbut. Dan mungkin pesan inilah yang disampaikan pada puisi Dari Sekitar Kita pada bait kedua yang
berbunyi:
Dari sekitar kita
Terkumpul catatan-catatan
Tersirat peringatan-peringatan
Seharusnya kita tak tertawa
Barangkali ada yang salah pada mata
Mungkin ada yang tak beres dalam hati
Kita memerlukan kaca mata,
Seperti kita perlu sinar matahari
Pada
puisi-puisi karya Ibrahim Ilyas dalam
buku Ziarah Kemerdekaan ini juga
menggunakan kata atau diksi-diksi yang apik. Bukan hanya indah tapi diksinya
juga kuat. Contohnya saja pada puisi Catatan
6 Juni 2010 pada bait pertama:
Selagi mengajar muridmu tulis baca
Adakah di aortamu mengalir nyeri
Palestina?
Satu rachel corie pergi,
Beribu cinta digilas tank Yahudi
Kata
nyeri dan digilas menurut saya adalah pemilihan diksi yang cukup kuat. Penulis
ingin menuntut rasa kemanusiaan kita terhadap yang sedang dirasakan saudara
kita dengan bertanya apakah rasa sakit mereka juga terasa oleh diri kita
sendiri dan bagaimana rasanya cinta dan harapan mereka hancur remuk dilindas
oleh kekejaman. Dan pada puisi ini kita juga menyadari bahwa,Ibrahim Ilyas
tidak hanya menceritakan konflik dan permasalahan di negri sendiri tapi juga
hingga keluar negri sana.Ibrahim Ilyas mengungkapkan bahwa tidak hanya di negri
kita “Kemerdekaan” itu hilang atau bahkan tidak ada lagi tapi masih banyak lagi
mereka diluar sana yang kemerdekaan mereka direnggut secara paksa.
Selain penggunaan diksi yang tepat,puis-puisi
Ibrahil Ilyas juga banyak bermain dengan “rima”.Seperti puisi Catatan 6 Juni 2010,Gabak di Hulu,Karmina
Anakku Anakmu dan masih banyak lagi.Tidak hanya indah untuk
dibaca,puisi-puisi Ibrahim Ilyas juga tidak terlalu sulit untuk dipahami.
Yang menarik dari buku ini adalah, selain
dari kata-katanya yang indah dan mudah dimengerti kita juga diajak pada
kejadian-kejadian pada masa lampau yang mungkin sekarang sudah diacuhkan banyak
orang. Sangat kreatif,dan pandai bermain kata-kata. Ada ajakan di sini, bahwa sejarah
adalah bagian dari identitas negara kita, jangan sampai kita tidak tau atau
kehilangan siapa kita sebenarnya.