MENOLAK YANG SAKRAL

Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Andalas menyelenggarakan acara “Diskusi Kopi Sakarek” di lesehan Balairuang FIB Unand, (Kamis 06/11/2014)[...]

Refleksi Hari Pahlawan (Liputan Padang TV)

Perayaan Hari Pahlawan selama ini sebatas agenda tahunan berbagai instansi, baik pemerintah maupun pendidikan, tanpa menyentuh esensi dari nilai-nilai kepahlawanan itu sendiri[...]

SLIDE-3-TITLE-HERE

Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com[...]

If you are going [...]

SLIDE-4-TITLE-HERE

Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com[...]

SLIDE-5-TITLE-HERE

Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com[...]

Thursday, August 25, 2016

Sekilas Mengenai Kumpulan Puisi Api Bawah Tanah (salah-satu buku yang akan diulas dalam kegiatan Pekan Kritik Sastra III)



Oleh Andesta Herli Wijaya



Api Bawah Tanah merupakan kumpulan puisi karya Raudal Tanjung Banua, yang diterbitkan penerbit Akar Indonesia pada 2013. Kumpulan ini memuat 60 puisi yang terbagi ke dalam tiga bagian judul, yakni: Bait-bait Kepulauan, Bandul Dunia Baru, dan Taman Rawa Bandar Sepuluh. Pembagian ini, berdasarkan pengakuan penulis (dalam kata pengantar),  dilakukan atas pertimbangan tematik dan kemiripan gaya ungkap puisi.
Bagian pertama berjudul Bait-bait Kepulauan memuat puisi-puisi bercorak monolog dan naratif, berisi tanggapan penulis terhadap keadaan di tanah air, narasi-narasi kebangsaan, serta lingkungan sosial dan budaya di mana penulisnya tinggal dan hidup. Puisi-puisi dalam bagian ini, menurut pengakuan penulis (dalam kata pengantar), merupakan campuran antara ‘yang personal’ dan ‘yang sosial’.
Selanjutnya dalam bagian kedua, Bandul Dunia Baru, termuat beberapa puisi panjang yang lebih mirip kaba (genre sastra lisan di Minangkabau) baik dari segi bentuk maupun isi. Di sini penulis mencoba membangun narasi masa lalu dan juga merevitalisasi cerita lama yang sudah ada. Salah satu puisi yang melakukan kerja revitalisasi ialah puisi Malin Kundang, yang berangkat dari salah satu cerita rakyat di Sumatera Barat.
Terakhir, ialah bagian berjudul Taman Rawa Bandar Sepuluh. Puisi-puisi di sini juga berupa monolog dan naratif sebagaimana puisi-puisi pada bagian pertama. Hanya saja ia merupakan puisi-puisi perjalanan, catatan-catatan atas berbagai tempat yang dikunjungi oleh sang penyair.


By HMJ Sasindo Unand with No comments