MENOLAK YANG SAKRAL

Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Andalas menyelenggarakan acara “Diskusi Kopi Sakarek” di lesehan Balairuang FIB Unand, (Kamis 06/11/2014)[...]

Refleksi Hari Pahlawan (Liputan Padang TV)

Perayaan Hari Pahlawan selama ini sebatas agenda tahunan berbagai instansi, baik pemerintah maupun pendidikan, tanpa menyentuh esensi dari nilai-nilai kepahlawanan itu sendiri[...]

SLIDE-3-TITLE-HERE

Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com[...]

If you are going [...]

SLIDE-4-TITLE-HERE

Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com[...]

SLIDE-5-TITLE-HERE

Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com[...]

Thursday, June 11, 2015

Sasindo 2013 Persembahkan Enam Pertunjukan (teater) dalam Dua Malam

Foto: Pementasan TPS karya Prel T, sutradara Roby Satria

Beberapa hari lalu, Mahasiswa Sastra Indonesia 2013 Unand mengadakan pertunjukan teater selama dua hari berturut-turut, 3 dan 4 Juni 2015. Pertunjukan tersebut merupakan Tugas Akhir Praktik mata kuliah Telaah Drama yang dipanitiai sekaligus (di)peserta(i) oleh mahasiswa sasindo 2013. Pementasan kali ini menampilkan enam naskah drama yang dipertunjukan oleh enam kelompok. Masing-masing dibagi atas tiga naskah dalam satu hari. Hari pertama berlangsung pertunjukan menampilkan tiga naskah karya Wisran Hadi yaitu, DR. Anda, Nyonya-nyonya, dan Matri Lini. Dan hari kedua mempertunjukan dua naskah terjemahan, Kereta Kencana karya Eugene Ionesco dan Menunggu Godot serta naskah karya dosen pengampu mata kuliah drama TPS (Tempat Pelepasan Suara) karangan Syafril Prel T.
***
Malam itu pertunjukan berlangsung selama kurang lebih tiga jam. Pertunjukan diawali dengan kepiawaian seorang tokoh Doktor mempresentasikan sebuah topik tentang Minangkabau. Naskah yang bernada satire terlihat dari setiap tuturan tokoh Doktor tentang Minangkabau, baik alam, adat-istiadat maupun elemen kekuasan orang Minangkabau. Lalu tidak kalah satirenya, naskah Nyonya-nyonya hadir merepresentasikan masalah harta warisan di Minangkabau. Tokoh nyonya sebagai tokoh utama dalam naskah harus kehilangan seluruh harta suaminya akibat tuntutan dari para kemenakan suami (datuk) dan campur tangan orang luar (tuan) dalam membujuk Nyonya merelakan satu-persatu harta benda Nyonya hingga harta dalam bentuk tubuhnya sekalian. Naskah ini menjadikan harta warisan (pusaka) objek dari setiap konflik yang dialami oleh tokoh-tokoh. Selesai permasalahan tentang harta pusaka, lalu hadirlah masalah baru yang menimpa Lini, seorang ratu kecantikan di Minangkabau, yang ditinggal kawin oleh calon suaminya. Permasalahan muncul ketika ternyata Lini dinyatakan hamil dan yang menghamilinya tersebut adalah seorang sopir angkot. Pada puncak permasalahan Datuk (mamak Lini) dan ibu Lini (adik datuk) harus meninggalkan rumah pusaka dan seluruh karta warisan akibat tergadai untuk mendapatkan uang mencari bakal suami Lini yang kabur. Beranjak ke malam kedua, dua naskah terjemahan, Menunggu Godot dan Kereta Kencana menghadirkan suasana cerita yang berbeda, jauh dari Minangkabau dan persoalan keminagkabauan. Perbudakan dan nostalgia masa muda menjadi inti cerita dari masing-masing naskah. Penantian akan Godot dibaluri oleh suasana perbudakan di sepanjang adegan. Lalu nostalgia masa muda sepasang kakek-nenek menunggu kereta kencana (yang merupakan representasi dari malaikat maut) atau menunggu kematian setelah hidup lama dan mengalami berbagai persoalan dari masa ke masa. Dan pertunjukan malam itu diakhiri dengan sekulimit masalah di Tempat Pemungutan Suara yang dijadikan sebagai Tempat Pelepasan Suara, dalam konotasai yang berbeda. TPS dijadikan ajang untuk melepaskan segala hasrat dan keluh kesah masyarakat, bahkan tempat melepaskan hawa nafsu sepasang muda.  (*)

Laporan: Rita Deswita

By HMJ Sasindo Unand with No comments

Tuesday, June 9, 2015

LOMBA BACA PUISI TINGKAT SMA SE-KOTA PADANG

Foto: Youma (SMAN 5 Padang) tengah membacakan puisi

Jumat (29/05/2015), gelanggang Medan Nan Balinduang FIB UNAND disesaki suara-suara orang membaca puisi. Mahasiswa, dosen, dan siswa-siswi dari beberapa SMA di kota Padang, dengan kesenduan masing-masing, bergiliran membacakan puisi waktu itu. Sederet judul-judul puisi dilantangkan ke udara, mulai dari gubahan Muchtar Lubis, Sapardi Djoko Darmono, Sutardji, hingga sekelumit penyair yang tidak begitu akrab terdengar namanya di jagad perpuisian Indonesia. Kurang lebih 40 audiens, hadir di sekeliling gelanggang.
Begitulah suasananya, pada Lomba Baca Puisi Tingkat SMA se-Kota Padang yang diadakan kawan-kawan Sasindo angkatan 2014. Lomba yang digagas atas tuntutan praktik mata kuliah. Lomba yang dikuratori oleh Ibu Soneza Ladyana, Ramoun Apta dan Fajri Chaniago ini, mendapat peserta tidak genap sepuluh siswa. Mereka datang dari beberapa SMA, di antaranya yakni, SMAN 5 dan SMAN 8 Padang. Entah mengapa ada sedikit rasa ganjil, mengingat jumlah SMA di kota Padang terhitung ratusan instansi namun sama sekali tidak terepresentasikan dalam event ini.
Adam, ketua panitia acara, mengaku, lomba ini semata diadakan untuk mengenalkan dan mempopulerkan puisi di kalangan siswa, sekaligus menarik minat siswa terhadap jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dan melihat ke belakang, selama persiapan acara, memang banyak hal yang tidak berjalan dengan baik, tidak terlaksana sesuai rencana panitia. Semula adalah hampir seluruh SMA/SMK telah diundang. Namun apa mau dikata, begitu banyak yang tidak berminat. Malah ada yang dengan terang menolak berpartisipasi dalam acara ini, dan memberi raut muka dingin kepada panitia ketika datang mengundang. Entah sebab alasan apa, puisi seolah tidak mendapat tempat dalam lingkungan siswa/i. “Malah ada sekolah yang menyuruh pergi, ketika kami datang,” begitu celoteh adam saat diwawancarai. Barangkali, ah, kepala sekolah ingin siswa-siswinya fokus dengan ilmu eksak yang begitu kerennya kini atau ilmu sosial yang terpastikan. Dan berpuisi bukanlah kewajiban dalam belajar hari ini.
Lain hal dengan sekolah Welbi, siswa SMAN 5 Padang. Setelah turun dari panggung dan mempersembahkan pembacaan puisinya di hadapan juri, mengaku mendapat dukungan sangat baik dari kepala sekolah. Malah, “kami dapat uang transportasi dari beliau,” ungkap Welbi. Dia sangat senang dengan kesempatan ini. Dia mengaku menyukai puisi, namun tidak berencana kuliah di jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Minatnya ada di arsitektur. Dia orang yang penasarann, sepertinya, sebab hadir di lomba cendrung untuk mencari pengalaman. Pengakuannya, baru itulah kali pertama dia ikut lomba baca puisi, dan merasa kikuk saat baru berada di atas panggung—sebelum mulai melantunkan kalimat puisi yang kemudian, perlahan-lahan, membawanya rileks dan senang.



Dok Sasindo '14: Para peserta Lomba Baca Puisi Tingkat SMA Se-kota Padang, 2015.
Meri, gadis kecil berwajah gugup. Dia datang dari SMAN 8 Padang dengan beberapa orang teman. Setelah selesai membaca puisi dan memberi salam pada audiens dan para juri, kembali dapat jatah wawancara. Dengan kegugupan yang tidak dibuat-buat, dia mengaku sangat gugup  mulanya, namun (sama seperti Welbi) setelah mulai membaca puisi, semuanya terasa menyenangkan. Waktu ditanya mengenai dukungan dari pihak sekolah, Meri mengaku datang tanpa sepengetahuan pihak sekolah. Yang membuatnya ikut lomba hanya perasaan suka. Bagaimanapun, meri adalah gadis yang sangat suka puisi. Dia suka membaca sastra sejak lama. “Meri ingin masuk jurusan Sastra Indonesia UNAND kelak,” ucapnya dengan sumringah, pipinya masih sedikit merah jambu.
Di akhir acara, Adam mengungkapkan rasa senangnya atas penyelenggaraan ini. Meskipun belum sempurna, belum banyak sekolah yang terlibat, ia puas dan berharap bisa mengadakan acara selanjutnya dengan mengambil peserta tingkat Sumatera Barat. Meskipun pada kenyataannya, dari ratusan sekolah di kota Padang, ternyata hanya beberapa di antaranya yang tertarik dan menyambut sosialisasi panitia. “Karena ini acara pertama, kami sangat bangga dan akan terus belajar lebih baik kedepannya. Kami ingin mengajak siswa SMA untuk masuk ke jurusan Sastra Indonesia,” adam bertutur bahagia. Semoga saja!
Lomba Baca Puisi Tingkat SMA Se-Kota Padang berakhir pukul 15.00 WIB. Keluar sebagai pemenang I, yakni Youma Amanda (SMAN 5 Padang). Sementara pemenang kedua dan ketiga diraih Atika (SMAN 8) dan Welbi (SMAN 5).


Laporan: Infokom HMJ Sasindo Unand

By HMJ Sasindo Unand with No comments