MENOLAK YANG SAKRAL

Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Andalas menyelenggarakan acara “Diskusi Kopi Sakarek” di lesehan Balairuang FIB Unand, (Kamis 06/11/2014)[...]

Refleksi Hari Pahlawan (Liputan Padang TV)

Perayaan Hari Pahlawan selama ini sebatas agenda tahunan berbagai instansi, baik pemerintah maupun pendidikan, tanpa menyentuh esensi dari nilai-nilai kepahlawanan itu sendiri[...]

SLIDE-3-TITLE-HERE

Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com[...]

If you are going [...]

SLIDE-4-TITLE-HERE

Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com[...]

SLIDE-5-TITLE-HERE

Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com[...]

Tuesday, January 26, 2016

HMJ Sastra Indonesia Gelar Acara Bedah Buku


 

Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sastra Indonesia meyelenggarakan bedah buku kumpulan cerpen (Lelaki Penjual Cermin) karya Muhamad Ikhsan, lulusan Sastra Indonesia tahun 2003. Cerpen Lelaki Penjual Cermin terdiri dari 12 cerpen tunggal Muhammad Ikhsan yang diterbitkan oleh Penerbit Interclude Yogyakarta.
            Acara bedah buku ini di gelar di Ruang Seminar Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Andalas berlangsung pada Senin, 25 Januari 2016 dari pukul 11.00-12.30 dengan pembicara Dr. Syafril, M.SI  dan Romi Zarman. Dr. Syafril, M. Si memberi catatan pada penyelesaian cerita di beberapa cerpen yang terkesan terlalu cepat, “Di beberapa cerita penyelesaiannya terlalu terburu-buru, terlalu cepat mengakhiri jalan cerita.”
            Sementara Romi Zarman, memandang Kumpulan Cerpen Lelaki Penjual Cermin sarat dengan lokal konten, seperti penggunaan nama tokoh di tujuh cerpen, “Dari 12 cerpen terdapat tujuh cerpen yang nama tokohnya merupakan nama-nama berbahasa Minangkabau yang terkesan spele namun sarat dengan makna, seperti kalepet, garundang dan lain-lain.” Ungkap Romi.
            Sangat disayangkan acara bedah buku ini hanya dihadiri oleh beberapa peserta saja dan terkandala oleh matinya listrik di Unand. Menurut Annisa Irfayuli selaku ketua HMJ Sastra Indonesia publikasi yang dilakukan kurang menjurus ke banyak kalangan, “Publikasi kurang gencar barangkali dan kemungkinan juga karena jarak publikasi dengan hari acara terlalu cepat (seminggu)” Ungkap Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia 2013 ini.
           
            Meski masih terdapat kekurangan namun acara bedah buku disambut baik oleh alumni Sastra Indonesia, terkhusus Muhamad Ikhsan merasa karyanya diberi ruang. “HMJ Sastra Indonesia membangun ruang-ruang dalam kepenulisan dan semoga nantinya (baca: HMJ Sasindo) menjadi peradaban literasi yang maju.” Ungkap Ikhsan. (Divisi Infokom HMJ Sasindo)
           
           

By HMJ Sasindo Unand with No comments

Sunday, January 24, 2016

Nama Pengarang : Muhammad Ikhsan
 Judul Buku : Lelaki Penjual Cermin
 Penerbit : INTERLUDE, Berbah, Sleman, Yogyakarta Tahun : 2015
 Jumlah Halaman : vii + 101 hlm
Peresensi : Mahareta Iqbal Jamal

MENJEMPUT YANG LALU, MENGHANTAR KE ERA KESEKARANGAN
"Tapi, tidak memilih juga merupakan sebuah pilihan, kan, Ren?"(tulis miring) Sepenggal dialog yang membuat saya menyematkan dalam hati ucapan "kurang ajar" pada awal pembacaan saya terhadap buku ini. Bagaimana seorang tokoh bernama Garundang--jik diartikan ke dalam Bahasa Indonesia berarti berudu--dalam cerpen yang berjudul Menikam Nurani(miring) mencoba menghadirkan ke wajah masyarakat bahwa ketidakpilihan di era kesekarangan atau saat ini, telah menjadi salah satu opsi dari pilihan itu sendiri.
Hal semacam ini sepertinya telah lama terpraktik di lingkungan masyarakat kita, contohnya pada saat pemilu. Para golongan putih (golput) yang tidak memberikan hak suaranya juga merasa berhak untuk tidak memilih dengan alasa yang beragam. Bercermin dengan cerpen Menikam Nurani(miring) yang ditulis tahun 2009 memiliki kisah yang dirasa masih teraplikasikan hingga sekarang.
Buku sehimpun cerpen Lelaki Penjual Cermin(miring) karya Muhammad Ikhsan yang terbit pada tahun 2015 mencoba mengambil andil di dalam pembaharuan perbendaharaan kesusasteraan yang kian lesu, dimana masyarakatnya kian hari kian sibuk meninggalkan substansi sastra dan beralih kepada hal-hal yang berbau popoler atau kesekarangan. Tidak lebih dari itu, dewasa ini sastra hanya dipandang celek dan menjadi sub-sub pelengkap yang dengan adanya ia tidak berpengaruh besar dan tanpanya seperti ada sesuatu yang dirasa kurang. Tetapi hal semacam ini nantinya akan menggiring kita pada pembicaraan lain tentang ranah selera yang sedang berkembang di masyarakat.
Di akhir cerpen Menikam Nurani(miring) penulis menghadiahi pembaca dengan ingatan tentang bocah bernama Ponari yang sempat santer diberitakan karena celupan batu ajaibnya ke dalam air putih biasa dan dianggap mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit. Penulis sepertinya juga menyukai gaya penceritaan dengan alur kilas balik (flashback). Menjemput ingatan lalu yang punya cerita padat, perubahan latar waktu yang cukup cepat, tetapi tetap dikemas dengan singkat; dari situasi yang sedang terjadi, beralih ke masa lalu, kemudian eksekusi penyelesaian kembali ke penceritaan yang semula dengan sedikit menyambung peristiwa yang sedang terjadi.
Hal semacam ini ditemukan pada cerpen Menikam Nurani, Kepala Kuda Narto, Fikri, Lelaki Penjual Cermin,(miring) dan masih ada di antaranya. Beberapa juga ada menggunakan alur maju yang tanpa sedikitpun mengurangi pesan dan tujuan yang ingin disampaikan oleh penulis.
"Ai, cerita indah itu begitu pahit untuk dikenang."(miring)


By HMJ Sasindo Unand with No comments