SEEKOR KERBAU MENUNGGU HUJAN
Terik surya
menepikan rambut
Disaat kutu-kutu bertukang di tubuhku
Aku pernah
cerita pada mereka "Aku ini masih punya Datuk"
Malah
tukakku yang ternganga
Mereka tau
mengapa hidungku yang dikutuk
Karena aku hanya melanjutkan tradisi kampungku
Lalu, kenapa
tandukku yang mereka patahkan
Aku tidak sedurhaka Malin Kundang
Tidak
memfitnah dang tuanku
Dan juga
bukan Malin deman
Malah aku
sering membaca Tambo
Itu petir ?
Itu petir ?
Bukan, itu hanya guruh
Siapa yang
bilang itu tanda hujan
Ketika
kubangan mereka telah kering, mendengar bangau menangis
Aku hanya seekor kerbau
Bukan
kemenakan Datuak maringgih
Hanya
mencari makan di samping rumahnya
Aku hanya menunggu hujan
Untuk
membasuh tubuhku
Agar tidak segera menjadi tradisi
BELAJAR MENGAJI
Belajar
mengaji, seperti membaca teori
Kalau tidak
diulang akan cepat lupa
Belajar
mengaji, seperti menempuh jalan buta
Kalau tidak
sering di tempuh itu hanya rimba
Belajar
mengaji, belajar pada bambu
Semakin tumbuh,
akarnya semakin menghujam ke bumi
ANAKKU
Annakku
Kita sudah
sampai di ladang nak
Ambillah
cangkul, kemudian kau tanam ubi
Agar kelak
kau tidak bertanya di mana kau berada
Kemudian kau
petik tomat dan jangan kau petik cabe
Supaya kelak
kau merasa susah sebelum kau merasa senang
Setelah itu
kau petik bayam, kemudian kau rebus
Agar kau akan
merasakan asinnya garam
Setelah
dewasa, pergilah ke utara mata angin
Masih lebar
dunia yang kau hadang
*Oleh: Aga Pratama (Sasindo '14)