Sunday, April 12, 2015

Antara Perjuangan, Perjalanan, dan Cinta - Resensi Oleh Siti Maulida


Judul buku                  : One By One Line By Line
Pengarang                   : Rusli Marzuki Saria
Penerbit                       : Kabarita
Tahun terbit                 : Mei 2014
Tebal buku                  : 328 hlm
Peresensi                     : Siti Maulida





Buku yang berjudul “One By One Line By Line” ini berisikan kumpulan puisi yang dibuat oleh Papa Rusli Marzuki Saria dari tahun 1960-an sampai tahun 2000. Buku ini disajikan dalam dua bahasa, yaitu Indonesia dan Inggris. Dalam menguraikan ide-idenya, Papa Rusli sanggup menguraikan kata-kata indah dan lembut dalam menyapa kaum perempuan yang membuat puisi di dalam buku ini semakin menarik untuk dibaca terutama oleh kaum perempuan. Dalam buku ini, Papa Rusli menyuguhkan puisi-puisi yang bertemakan percintaan. Seperti halnya di dalam kutipan puisi yang berjudul Kau dengarkah kiranya, Adikku manis.

Kau dengarkah kiranya, Adikku manis
Aku ragu. Apakah ini bayang-bayangku?
Di jalanan menggamit dan menunggu
Kau dengarkah kiranya adikku, manis
Wangian sedap malam angin mendesis
. . .
Dari kutipan puisi di atas terlihat bagaimana Papa Rusli merangkai kata-kata walau sederhana namun begitu terkesan romantis. Selain puisi yang bertemakan percintaan, puisi yang menceritakan tentang zaman perang pun disuguhkan dalam buku ini. Seperti yang terlihat dalam kutipan puisi yang berjudul Pantai Padang.

Pantai Padang
Pantai Padang. Bekas lubang
Pertahanan perang
Laut kaca diriku
Laut membisu – engkau tersedu
Di musim kemarau dulu. Kita
Anak-anak dengan senjata dan peluru
. . .
Di dalam puisi ini Papa Rusli menguraikan bagaimana situasi, perjuangan dan perasaan ketika melawan peperangan sampai perang berakhir. Selanjutnya Papa Rusli pun sanggup menghadirkan puisi perjalanan yang dikemas secara singkat namun mengandung banyak makna. Seperti yang kita lihat di dalam puisi yang berjudul Kuala Lumpur.
Kuala Lumpur
Aku belajar menaklukkan hutan-hutanmu
Ahai, kuala lumpur
Di puncak bukit paling tinggi
Memandang ke bawah
Bukit-bukit semen dan baja

Dalam puisi ini Papa Rusli menguraikan bagaimana kita berjuang dalam memperoleh sesuatu yang kita inginkan ketika di negeri orang yang dijelaskan dengan penggambaran yang mempunyai makna tak mudah dalam memperoleh sesuatu, perlu adanya perngorbanan yang begitu besar.

Buku ini bisa kita jadikan sebagai bahan bacaan yang layak untuk dibaca karena melalui buku ini kita dapat mengambil inspirasi untuk menciptakan sebuah karya yang kita inginkan. Buku ini juga berisikan tentang pengalaman yang mungkin saja memang benar-benar dialami oleh si penyairnya sendiri. Bahasa di dalam buku ini pun ringan yang dikemas dalam segudang makna yang tersimpan di dalamnya. Tak hanya mambaca, kita juga dapat mengambil pelajaran melalui makna yang terkandung dalam kumpulan puisi tersebut.

By HMJ Sasindo Unand with No comments

0 komentar:

Post a Comment