Saturday, April 11, 2015

Pramakalah Pekan Kritik Sastra - Ria Febrina

Artifisialitas Tokoh dan Bahasa Artifisial Afri Meldam [i]

Ria Febrina[ii]

*Makalah utuh akan disampaikan dalam seminar Kritik Sastra, 15 April 2015 di Ruang Seminar FIB, dalam agenda Pekan Kritik Sastra 2 - HMJ Sasindo UNAND, 14 S.D. 15 April 2015. 

Abstrak




Afri Meldam adalah generasi yang tumbuh dan kembang pada budaya postmodernisme dan menulis sastra untuk menunjukkan identitas budayanya. Ciri khas tersebut, salah satunya munculdalam artifisialitas tokoh berupa pemihan namaSutan yang kemudian dimaksudkan sebagai nama salah satu mamak. Pemilihan nama tersebut kemudian menjadi tumpang tindih dalam adat Minangkabau. Meskipun pemilihan nama tokoh adalah kebebasan pengarang, namun juga menjadi pertimbangan penting dalam sebuah karya karena tokoh juga membawa kultur yang melekat di dalam dirinya.

Tak hanya pemilihan nama, Afri Meldam juga cenderung menggunakan bahasa artifisial dalam menarasikan tokohnya. Padahal, mempertimbangkan makna yang melekat pada kata adalah pertimbangan penting sebelum karya beredar di tengah masyarakat. Apalagi, Afri Meldam mencoba merekonstruksi mitos dalam Sehimpun Cerita Pendek (SCP)Hikayat Bujang Jilatangyang merupakan kumpulan dari 17 cerita pendek ini.

Mitos bagi Afri Meldam adalah kode sosial yang disampaikan secara lisan sebagai aturan yang semestinya dipatuhi oleh masyarakat Sumpur Kudus. Kode yang tidak selamanya dipercaya sebagai hal gaib, tetapi kode yang menunjukkan bahwa harus ada keseimbangan hidup antara masyarakat dengan alam. Beberapa kisah yang memuat mitos ini mampu menyentil rasa berbudaya kita: akankah memilih untuk mempercayai mitos dengan ketakutan atau mempercayai dengan kebenaran alam. Beberapa kisah juga menunjukkan bahwa Afri Meldam mencoba mengangkat polemik kebudayaan—yang pada dasarnya—ikut dihimpit oleh kepentingan kaum dan kebutuhan individu.







[i]Artifisialitas Tokoh dan Bahasa Artifisial Afri Meldamadalah makalah yang disampaikan dalam Pekan Kritik Sastra 2 yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas pada Rabu, 15 April 2015 di Ruang Seminar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas.
[ii] Ria Febrina, penyuka sastra yang juga suka menulis, terutama puisi, cerpen, dan esai. Karya-karyanya pernah dimuat di Harian Pagi Padang Ekspres, Haluan, Jurnal Bogor, Genta Andalas,sertaMedia Online inioke Dotcom dan Siperubahan Dotcom. Sebuah sajak telah dibukukan dalam Antologi Puisi Dua Episode Pacar Merah oleh Dewan Kesenian Sumatera Barat; tiga buah cerpen juga telah dibukukan dalam Antologi Cerpen Jemari Laurin dan Hutan Pinus oleh Balai Bahasa Padang, serta Rumah Ibu oleh Ruang Kerja Budaya (RKB). 

By HMJ Sasindo Unand with No comments

0 komentar:

Post a Comment