Sunday, April 12, 2015

Sehimpun Kisah Tentang Perempuan - Resensi oleh Khairy Raif Thaib

DATA BUKU

Judul                  : Satu Hari yang Ingin Kuingat
Penulis               : Yetti. AKA
Penerbit             : UNSA PRES
Cetakan             : Pertama, Agustus, 2014
Tebal Halaman  : 110 halaman
Peresensi           : Khairy Ra’if Thaib




Yetti A.KA merupakan salah seorang penulis cerita pendek produktif yang dimiliki Indonesia saat ini. Yetti A.KA telah banyak menghasilkan cerpen yang dipublikasikan di media masa lokal, maupun nasional. Ia juga telah menerbitkan lima kumpulan cerpen sejak tahun 2004. Kumpulan cerpennya yang berjudul Kinoli masuk 10 besar Khatulistiwa Literary Award (KLA) 2013. Kumpulan cerpen Satu Hari yang Ingin Kuingat (UNSA PRES, Agustus 2014) ini tak jauh beda dari kumpulan cerpen yang pernah ditulis Yetti sebelumnya, yakninya cerita yang menjadikan perempuan sebagai objek yang dieksplorasi. Membaca buku yang setebal 101 halaman ini kita dihadapkan dengan persoalan hidup perempuan. Perempuan-perempuan yang hidupnya tidak bahagia, perempuan yang selalu tertipu oleh senyum manis laki-laki, perempuan yang selalu ditinggalkan, dan perempuan yang teraniaya.

Dalam cerpen Kupu-kupu Tanalia, Yetti menggambarkan bagaimana keinginan Tanalia, seorang anak kelas lima SD untuk memelihara kupu-kupu dalam kamarnya. Tapi Masya, ibunya malah melarang. Padahal ia sangat suka kupu-kupu dan baginya kupu-kupu adalah teman yang baik. Cerpen ini bukan hanya berbicara masalah kupu-kupu. Tapi bagaimana cara Yetti mengekspos keluguan seorang anak kecil sebagai konflik cerita. Masya sebenarnya tidaklah melarang Tanalia memelihara kupu-kupu hanya karena ia tak suka kupu-kupu. Melainkan lebih karena masa lalunya. Seorang lelaki penyuka kupu-kupu yang mengaku datang dari hutan menitipkan benih kupu-kupu di rahim Masya. Dan kupu-kupu itu terlahir sebagai Tanalia. Perempuan di sini ialah perempuan yang ditinggalkan, sekaligus disakiti. Eksploitasi tentang kesakitan perempuan juga terdapat dalam cerpen Ia yang Menyimpan Api di Dadanya. Ketika berumur lima belas tahun, tubuh Maura sering digerayangi oleh ayah dan kakak laki-lakinya. Ketika itu Maura tidak dapat melawan. Ia takut. Waktu itu pula ia sering dipukul oleh ibunya dengan tangkai sapu karena ia sering memecahkan gelas. Setelah ia menikah ia malah diperlakukan tidak baik oleh suaminya: diperkosa, dipukul, dan dituduh yang tidak-tidak. 

Berbeda lagi dengan cerpen Satu Hari yang Ingin Kuingat, seorang perempuan ditinggalkan kekasihnya hanya karena perempuan itu meminum jus melon. Cerita ini disampaikan Yetti dengan penuh teka-teki sehingga membuat pembaca selalu menanti kalimat selanjutnya. Sedangkan pada cerpen Hati Milia, Yetti bercerita tentang bagaimana ketidakbahagiaan Milia, seorang istri yang suaminya terseret kasus korupsi negeri ini. Wajah suami Milia sering muncul di televisi dan ini membuat Milia harus memutus kabel televisinya supaya tidak bisa ditonton oleh anak-anaknya. Ia juga tidak bisa keluar rumah dan anak-anaknya tidak bisa ke sekolah. Dan perempuan di sini tidak hanya berkutat dengan masalah ketidakbahagiaan dirinya, tapi juga masalah malu. (*) *Ditulis oleh : 

Tulisan ini pernah terbit di Koran Singgalang Minggu, Desember 2014.

By HMJ Sasindo Unand with No comments

0 komentar:

Post a Comment