Sunday, April 12, 2015

Kumpulan Puisi Ziarah Kemerdekaan; Sebuah Makam Sejarah - Resensi oleh Putra Metri Zwazo


Judul         : Ziarah Kemerdekaan
Pengarang : Muhammad Ibrahim Ilyas
Penerbit     : ARIFHA
Cetakan      : Februari 2015        
Tebal          :115 halaman
Peresensi    :Putra Metri Swazo




Ziarah Kemerdekaan adalah buku kumpulan puisi dari Muhammad Ibrahim Ilyas.Buku puisi Ziarah Kemerdekaan terbit bersamaan dengan dua buku lainya yaitu ,Enam Kuntum Imaji, dan Dalam Tubuh Waktu. Buku yang berisi 52 puisi- puisi Ibrahim Ilyas dari tahun 1979-2014 ini kalau dari judul, sepertinya kita akan diajak untuk “berziarah” atau mendatangi hal-hal yang berada di sekitar kita dan berkaitan dengan “kemerdekaan”.
Dalam Ziarah Kemerdekaan kita akan menemukan hal yang bersifat berlawan atau yang bersifat “paradoks”. Kita lihat pada puisi Dari Sekitar Kita,dikatakan pada bait pertama:

Seorang tetangga berkata:
“Saya kenyang!”
Padahal ia belum makan
Seorang lain berkata:
“Saya Lapar!”
Setelah menghabiskan sisa piring ketiga

Pada bait pertama tersebut, jelas disana dijelaskan bahwa ada sesuatu hal yang tidak seharusnya atau berlawan.Yaitu pada kalimat “Saya kenyang!”, Padahal ia belum makan.Mana mungkin seorang yang belum makan sekalipun bisa mengatakan bahwa ia sudah kenyang. Sama halnya dengan kalimat sesudahnya yaitu: “Saya lapar!”,Setelah menghabiskan sisa piring ketiga.
            Dan mungkin hal inilah yang sedang terjadi di negeri kita saat ini. Dimana, disaat negara kita sudah merdeka, sudah bebas dari zaman-zaman kegelapan yang telah lama membelenggu kita masih banyak juga kalangan yang masih belum merasakan bagaimana sebetulnya kemerdekaan itu, bagaimana sebuah kebebasan itu. Mereka mungkin bebas dari penjajahan secara fisik tapi sebetulnya mereka kembali terjajah oleh ketamakan orang-orang serakah yang tidak peduli dengan apa yang telah terjadi kepada orang-orang sekitarnya.
Dalam kumpulan ini, Ibrahim Ilyas ingin menyampaikan pesan, agar kita lebih peduli terhadap sesuatu yang tejadi di sekitar kita.Walaupun kita sekarang sudah hidup dalam keadaan tenang, tidak seharusnya kita lupa dengan sejarah bangsa kita serta dengan apa kemerdekaan itu dulunya direbut. Dan mungkin pesan inilah yang disampaikan pada puisi Dari Sekitar Kita pada bait kedua yang berbunyi:

Dari sekitar kita
Terkumpul catatan-catatan
Tersirat peringatan-peringatan
Seharusnya kita tak tertawa
Barangkali ada yang salah pada mata
Mungkin ada yang tak beres dalam hati
Kita memerlukan kaca mata,
Seperti kita perlu sinar matahari

            Pada puisi-puisi karya Ibrahim Ilyas dalam buku Ziarah Kemerdekaan ini juga menggunakan kata atau diksi-diksi yang apik. Bukan hanya indah tapi diksinya juga kuat. Contohnya saja pada puisi Catatan 6 Juni 2010 pada bait pertama:

Selagi mengajar muridmu tulis baca
Adakah di aortamu mengalir nyeri Palestina?
Satu rachel corie pergi,
Beribu cinta digilas tank Yahudi

            Kata nyeri dan digilas menurut saya adalah pemilihan diksi yang cukup kuat. Penulis ingin menuntut rasa kemanusiaan kita terhadap yang sedang dirasakan saudara kita dengan bertanya apakah rasa sakit mereka juga terasa oleh diri kita sendiri dan bagaimana rasanya cinta dan harapan mereka hancur remuk dilindas oleh kekejaman. Dan pada puisi ini kita juga menyadari bahwa,Ibrahim Ilyas tidak hanya menceritakan konflik dan permasalahan di negri sendiri tapi juga hingga keluar negri sana.Ibrahim Ilyas mengungkapkan bahwa tidak hanya di negri kita “Kemerdekaan” itu hilang atau bahkan tidak ada lagi tapi masih banyak lagi mereka diluar sana yang kemerdekaan mereka direnggut secara paksa.
Selain penggunaan diksi yang tepat,puis-puisi Ibrahil Ilyas juga banyak bermain dengan “rima”.Seperti puisi Catatan 6 Juni 2010,Gabak di Hulu,Karmina Anakku Anakmu dan masih banyak lagi.Tidak hanya indah untuk dibaca,puisi-puisi Ibrahim Ilyas juga tidak terlalu sulit untuk dipahami.

Yang menarik dari buku ini adalah, selain dari kata-katanya yang indah dan mudah dimengerti kita juga diajak pada kejadian-kejadian pada masa lampau yang mungkin sekarang sudah diacuhkan banyak orang. Sangat kreatif,dan pandai bermain kata-kata. Ada ajakan di sini, bahwa sejarah adalah bagian dari identitas negara kita, jangan sampai kita tidak tau atau kehilangan siapa kita sebenarnya.

By HMJ Sasindo Unand with No comments

0 komentar:

Post a Comment