Tuesday, April 7, 2015

Pra- Makalah Pekan Kritik Sastra 2 - Esha Tegar Putra

*Makalah secara utuh mengenai ulasan terhadap buku "Satu Hari yang Ingin Kuingat” disampaikan dalam seminar, Selasa, 16 April 2015, dalam agenda Pekan Kritik Sastra 2 di Fakultas Ilmu Budaya Unand.



Khazanah dunia cerita pendek (cerpen) Yetti A.KA adalah tanggungan sekaligus beban moral narator dalam menerima lantas menuliskan kisah-kisah penuh dengan sisi gelap, kesakitan, dan mimpi-mimpi buruk dalam dunia perempuan. Dunia serba dilematis dipenuhi peristiwa serba-berkemungkinan dengan friksi serta pertarungan kesadaran dan ketaksadaran dalam alam pikiran dan dalam alam bawah sadar perempuan. Setidaknya citraan seperti itu selalu muncul hampir pada ketigabelas cerpen dalam kumpulan cerpen Yetti berjudul Satu Hari yang Ingin Kuingat (SHyIK) terbitan UNSApress (Agustus, 2014).

Citraan dari peristiwa dalam kumpulan cerpen Yetti tersebut sekilas membuat saya mengingat citraan sureal(is) dalam karya pelukis perempuan termahsyur dunia kelahiran Meksiko, Frida Kahlo (1907-1954). Semisal lukisan berjudul “Self Portrait with Thorn Necklace and Hummingbird” (1940) tentang gambaran diri Frida dengan leher berdarah terlihit dengan kalung dari akar atau ranting berduri dan seekor burung kolibri hitam mematuk ujung kalung. Dalam lukisan tersebut kupu-kupu serta capung terbang dan hinggap di tatanan rambut Frida, kucing serta kera hitam dibagian belakang Frida, dan latar dedaunan subur. Dalam beberapa lukisan potret diri Frida lain juga seringkali muncul kupu-kupu, bunga-bunga, daun-daun, namun citraan muram selalu bermain di ketika potret-potret diri tersebut dipandang.

Pada tahapan ini saya tidak hendak mengatakan Yetti merespon secara interteks lukisan-lukisan Frida, namun bagian terpenting dalam pembacaan saya adalah Yetti muncul dengan cerpen-cerpen dipenuhi peristiwa sureal, sebagaimana Frida juga memunculkan citraan sureal dalam lukisan. Dalam cerita-ceritanya, Yetti seakan menjadi narator yang menampung lantas menanggungkan kesakitan-kesakitan dalam peristiwa rekaannya, peristiwa yang seakan dekat dengan dirinya, peristiwa yang harus dan patut diceritakannya. Begitu pula ketika Frida melukis, "I paint my own reality, I paint because I need to..." kata Frida.

Dan ternyata masih ada citraan kebun bunga, mawar, pepohonan serta dedaunan, kupu-kupu dan burung-burung, taman serta hutan di antara mimpi paling menakutkan seorang perempuan. Meski ketakutan dan mimpi buruk bersimaharajalela hingga memunculkan kupu-kupu dengan sayap robek (cerpen Kupu-Kupu Tanalia, hal.1-8, Seekor Kupu-Kupu dalam Kebun Bunga Tanalia, hal.9-15), ketakutan pada hutan kecil di belakang dengan binatang berbahaya (cerpen Dua Orang Asing, hal.25-32), kelopak mawar merah mengambang bersama banjir besar (cerpen Mawar Menyiram Mawar, hal. 59-67), pohon berdaun lebat menjadi latar gambar seorang anak tergantung dengan tali besar di leher (cerpen Lubang Dada Ibu, hal. 69-75), halaman dengan tanaman dan pepohonan tiba-tiba raib menghilang (cerpen Hati Milia, hal.93-39). Dari perihal itulah barangkali kenapa tiba-tiba sekilas citraan lukisan Frida muncul ketika saya membaca cerpen-cerpen Yetti.

Sebab dalam peristiwa sureal perempuan barangkali masih menggunakan imaji mengenai keindahan, kenyamanan, ketenangan, yang sudah tertanam dalam alam bawah sadar sekaligus guna memunculkan citraan ketakutan dan kemuraman.

By HMJ Sasindo Unand with No comments

0 komentar:

Post a Comment